Rabu, 10 Agustus 2011

saya tak tau belakangan ini acap kali tersungkur sakit, menengadahkan kedua telapak tangan penuh harapan. Namun tak seperti yang di harapkan, tersungkur ini hadir bak harian yang selalu ada terus-menerus tak berperiodikal. Maaf cuma it yang ku ulang-ulang untuk bisa bangun dari tersungkur. Maaf jika kecewa ya bep.

Kamis, 19 Mei 2011

ananda carlisle

i ♥ you profile pic, but not as much as i ♥ you, l'amour de ma vie. i'll wait for you till you realize that what you thought about me was wrong and realize how much i love and never wanna let you go. i will wait until you fall back into my arms and hold you again like we used to. i missed you so much, my dear. i will always be here waiting. je t'aime, mon amour...
-"pesan dinding Nanda Carlisle"
untuk Carlisle Fa Sunset,
ibumu memesani sebuah pesan pendek di sela kesibukannya, setelah ia kehilangan dirimu, ia terpukul begitu kears, kesedihanya tak berkesudahan, sekalilipun ia tak pernah menyiyirkannya di wajah hari-harinya, ia hanya akan bercerita kepada bulan dan aroma embun di tengah malan ketika bulan penuh di atas atap rumahnya.
belakangan kami menjadi renggang dan itu berawal dari ketakutanku untuk mengigatkanmu Carlisle, ibumu sering kali berada dalam kondisi yang membuat aku tak bisa melakukan apa-apa, kehabisan cara.aku mengkhawatirkannya, kesadaranku di penuhi kecemasan. aku memilih untuk membatasi komunikasi, agar ia mendapat pengalihan untuk bisa mengontrol dirinya, ini sangat jahat dan aku sadar sekali. 
ibumu akan berfikir aku bersama prempuan lain pastinya namun, itu tak benar. hey. aku sangat bersyukur sekali jika ibumu bisa bersenang-senang tanpaku tetapi bersama teman-temannya, ia akan mendapatkan suasana yang sedikit berbeda di banding berjalan denganku di saat seperti ini, di saat kehilanganmu masih terasa.
kemarin aku bermimpi buruk, entah itu nyata atau tidak, mimpi itu seperti bunga tidur yang tidak ingin ku petik. ini konyol rasanya Carlisle, aku bermimpi tentang ibumu.
"aku melihat seorang perempuan bercengkrama dengan seorang pria yang juga ku kenal dan perempuan itu juga, aku mengenalnya. ia bergelak tawa dengan penuh riangnya, penuh kebahagiaan, penuh kenyamanan, namun kenapa ia muncul di mimpiku? apakah aku memikirkannya di saat ku tidur ?, entahlah...

di sana aku meremas hati dan melebarkan sebuah senyum di hadapan mereka berdua. namun aku merasa ia membohongiku, entah apa itu ada ?, aku seperti melihat sebuah kesakitan yang tak kulihat dari luar namuan di mimpi itu aku seperti berada di dalam kesedihan. mungkin sudah saatnya aku untuk bisa tertawa bersama-sama mereka berdua.

dan kusadari jika aku, sedang menunggui sesuatu saat itu, yaitu sebuah janji bertemu sesesorang yang akan mengenalkanku pada seseorang pula. dan kudapati jika ia adalah sahabatku dan kekasihku tepat berada di hadapan senyumku. dan gonggongan itu datang... sial aku tak tau apa yang terjadi setelah remasan dan senyum itu. "
aku terbangaun karena gogongan anjing di tengah malam it.
ibumu merindukannmu sama rindunya kepada Littel Sunset, Ifana Sunset dan kamu. maaf kami tak bisa berbuat yang lebih banyak dari saat ini Carlisle, ini sangat jahat maafkan kami.
salam hangat dari kami berdua dan tujuh kecupan untukmu. :*
 

Minggu, 17 April 2011

kudapan

ketika ku remas jantungku dan ketidak stabilan nafas, aku seperti hidup dalam ruang menyebalkan setiap hari. di penuhi kemuakan, kecamuhan menyebalkan, menggantung seperti sarang laba-laba hampir menghuni semua sudutnya.

duduk di sebuah meja yang sama, menikmati sebuh kudapan tersaji di atas meja bertaplakkan sebuh rasa. aku seperti ingin berlari tak ingin berlama-lama di sana, menikmati sajian yang susah ku telan. menyat tenggorokan.

sebuh kudapan yang tak bisa kunikmati di meja makan, sebuah kudapan yang tak bisa ku umbar kenikmatanya, sebuah kudapan yang tak bisa ku lihat keberadaanya di keramaiaan.

aku memegangi sebuah bunga yang di cemooh keindahanya karena dalam genggamanku. bunga itu nyaman dalam genggamanku, namun.ia ternyata menyukai sebuah keramaian yang memperhatikannya dan menikmati aromanya. ia membuai lemur-lemur dengan eksotoisnya. ia tak sungkan membagi bagian kelopaknya pada siappun untuk di nikmati, ia membuat siapapun penghuni naluri bernafas tinggi.

namun aku harus angkat kaki lebih awal, meninggalkan meja penih kudapan itu, aku akan pergi menuju ujung kesakitan, di pecundangai harapan yang dulu cuman menjadi kelakar, angan-angan.

hingar-bingar kegelisahanku akan menjadi nebula di kepala dan remasan ini akan semakin kencang. ini sulit di nikmati namun ini terasa.

Senin, 28 Maret 2011

karam di laut tar tar

ketika aku aku tau ia akan pergi meninggalkanku, membangun komunikasi yang minim dansensitif. lagi-lagi aku ingin menghambat. kenapa tak ku lepas saja tanganmu, seperti ketika aku memohon, ya seharusnya begitu.

kali ini aku tak akan menahanmu untuk pergi,ini adalah tapal batas yang takakan ku bisa ku sebrangi. aku tak akan mampu, aku tak akan bisa, aku tak akan sanggup.

kini semuanya karam bersama keraguandi laut tar tar.

aku

aku pria seorang laki-laki yang lahir dai rahim utopis dan menyerukan tangis sebagai kesedihan awal ketika ku akan menyongsong dunia. ibuku menaruh harapan besar tentang regenerasnya ini menjadi lebih baik dari ia di hari ini, ketika melairkanku di dukun beranak di sebuah kampung tras kecil yang senyap dan gulita bertahtah bintang-bintang.

aku pria yang tak perna merasa sebagai orang baik sekalipun saya pernah menawarka tumpangan pada seseorang yang tak kukenal. sekalipun orang yang saya cintai berkata sebaliknya, saya tak akan mejadi baik sedikitpun. ini kekonylan di selimuti tawa yang membahak-bahak ketika seseorang mengatakan saya baik. dans aya senang menjadi tidak baik.

aku pria yang menyimpan naluri wanitaku dalam sosok pria yang tegar, aku adalah pria yang mnegusap pelpis mataku dengan telapak tangan ketika di rundung kesedihan, aku sedih ketika aku hidup lebih mewah dari hari ini. aku terlihat menyedihkan ketika aku di keangkuhan.

aku menyukai plankton, mojojo.

aku tak baik, percayalah...

Rabu, 16 Maret 2011

penghayal merakit waktu

ketika aku mendapatio keletihan dari dahaga yang keluar ketka ku habiskan bertetes-tetes keringat di sekujur tubuh, membaui selangkanganku dengan ganyir, keiaku dengan aroma tak sedap, daki menyisik.

ini serasa menghidupkan kembali semua otot yang saya punya, semua urat saraf yang saya miliki. ku rendam telapakkakiku di genangan air yang berangsur keruh karena telapak kakiku menginjak dasarnya.

di ujung jalan aku menikmati ruang berpanorama kesedihan, menatih menyeret tubuh yang hatinya di remas oleh keringnya rasa cemburu. aku seperti tersesat , di hapus ingatanya, aku mencari sekumpulan camar yang berarak hilir menuju sarang namun tak kudapati. aku seperti menangisi ujung film yang di angkat dari kisah nyata, ketika sepasang lawan jenis mengikat janji bertemu di sebuah kota ketika si pria terbang menaruh nyawanya di udara, sang gadis menghitung jumlah camar baja yang pulang dari medan perang hingga berkesudahan, hingga mereka tak saling bertemu.

in konyol namun aku meremas hati, seperti mendapati tangngis ketika seorang sahabat ku mati bunuh diri di dalam mimpi. ini kesdihan namun aku mampu menikmati tangisanku, tanpa rasa sedih yang meracau di dalam tubuh ini.

aku tergolek lemas, membiarkan tetesan air mata, tak merasakan lagi di man letah hati, tak merasakan di manana letak arwahku ?. sudah ku mohonkan permintaan mafaku kepada dewi hujan, ketika aku bersedih di ujung jalan ketika aku melihat seoran anak tak mampu menikmati hujan arena ia menghabiskan barang daganganya.

ku tatap buana yang gelap kudapati ribuan kelip, menyamarkan pandangan mata yang berair, di genangi air tangis, ini menyedihkan.

aku cemuru, di bakar cemburu.... sebesar itu kah aku mencintainya ? hey.. durjana. kau masih diam menungu jawaban yang tak kau cari. punggung tak lagi di rundung rindu kepada bulan. ia menuduh teluk dan memaki di ujung kebohongan yang baru saja datang.