Jumat, 17 Desember 2010


Bontang kota suhu

1:42 AM  setelah bergelut dengan dingin menusuk tulang, lendir menyumbat lubang hidung, panas membakar kulit, melelehkan segudang ide tadi siang dan berakhir di peraduan sampai sore. Kota tentram berpenduduk paling taat peraturan, meski di kuasai penyamun, kota ini sama seperti kota lainnya menciptakan serigala – serigala bagi sesamanya “ homo homini lupus “. Mencari tempat makan murah itu susah, semuannya serba mahal di kota peraih Adipura 6 kali ini. Biaya hidup sarat gengsi seiring cerobong dan suhu meningkat. Hampir tak ku temukan debu menempel di pelipis mata, kota ini bersih sekali.
Hampir di setiap pertigaan, perempatan di jaga polisi menebar rasa tak nyaman bagi siapapun, mungkin itu pula yang membuat taat kota ini rasa takut. Hal pertama yang di rasakan ketika menginjakan kota ini adalah seperti masuk dalam surge yang sangat mahal dan di bayar dengan banyak amal di saku.
Hal mengejutkan ketika seorang teman mengajak saya dan kedua teman saya saat pertama kali tiba di kota ini sebuah pusat hiburan yang berada di kawasan perusahaan besar kota ini. Tiga porsi Ayam Kalasan seharga dengan Delapan porsi hidangan yang sama di kota debu nan apatis, membuat saya tercengan beberapa detik, what the fukkkkk…. Hell.
Ada banyak yang menyita perhatian mata saya semisal sebuah tugu kecil berukuran kubah mesjid yang mini, sebuah tugu helm yang bertuliskan “ PeDe pake helm standar “ sempat membuat saya meringis. Sepertinya helm berlogi SNI laku keras di sini, memasyarakatkan sebuah peraturan dengan cara yang popular, sama halnya ketika memakai helm tak standar itu tak membuat pede “  tak gaul ” dan ketika memakai helm standar itu gaul.
Sebuah mobil terparkir di tepi jalan dalam kondisi bemper depan rusak parah, saya binggung dan bertanya-tanya apa yang terjadi dengan mobil itu, menabrak, tabrakan, kenapa saya bertanya-tanya ? lebar jalan di itu bias di lalu 4 mobil dalam satu barisan yang sama jika berjejer. Lalu ? apa yang terjadi dengan mobil itu ?
Kota ini punya suhu dan tingal di sulut, hingga kehingar bingaran para penyamun, penjilat kuasa punya punya akhir  jamannya. Kota ini sudah memasang sumbu untuk di sulut kegerahan penghuninya. Namuan kapan entah saya tak tau.

Negara ini di kuasai saudagar, preman dan aparat  - Homicide (R.I.P)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar