Kamis, 02 Desember 2010

di refleksikan sebuah tetesan darah di dahi.

kutatap di ujung atap awan
ku terawan ada kegundahan di dada
kujamah remasan di lubuk hati tak ketemukan unjung awan
kini aku terbunuh di selasar memegangi sesak dada

ku jalani ujung pena
ku rajut tinta
ku hujati pedati buana
ku ludahi norma
ku ratapi merahnya rona
dan tetesan air mata

ku kecup dahiku dengan jemari
ku sentuhi lubang kecil bekas benda yang hinggap di dahi
merah pekat dan amis menyusuru pori-pori
ku sadari ku salah berdiri

ku ajak berayun langkah hari ini mendekati tepi
tepi jaman dengan ku tarik pedati sekuat hati
hingga ku sadari
ini ujung yang kucari

tersadar dan kembali ku putar arah pedati
hingga ku sandarkan tumpukan daging bertopang tulang dan nadi
ku putuskan ntuk menangisi 
menjinankan naluri.

sadarku sudah bertepi.
ini terlallu kuar aku menyerah untuk mengakhiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar