Jumat, 28 Januari 2011

jangut, kafiah dan kalifat yang kehilangan tuhan.

ku temukan lembaran hari di satu masab sidang jum'at di sebuah mesjid yang megah, ada lampu berhias kristal, ada kipas angin, AC, jam digital, dan karpet mewah di ruham tuhan. Tuhan benar-benar kaya ternyata. tak henti-hentinya aku mengagui kekayaan tuhan yang maha ini. semoga ia mendengarkan doa-doa kami ketika kami bersujud, ketika kami menitikan air mata, ketika kami berkeluh kesah, ketika berusaha, ketika kami berharap di dengar tuhan me memberikan sedikit hartanya untukku dan umatnya yang lain.

ini adalah bertamuku yang sudah lam tak ku lakukan lagi sejak aku menyelamatkan diriku sendiri. rumah tuahn membuatku pangling akn isi dan tampilanya, ini membuatkau tercengan sesaat.

sdi sana di sebuah kemuliaan mimbar, ada seorang pria berwibawah sangat terhormat sekali memakai kafiah putuh bersih di kepalanya, memegang tongkat, ia berjanggut. ia mengumandangkan seuah kalimat dalam bahasa arab, membuatku kekidmatan semediku, ia mendendangkan sebuah alunan kehindahan sebuah nada dan pelafalan yang mendayuh, membuatku ada di sebuah alunan coir di sebuah pesta natal. ia imam hari itu, ia berceramah prihat tuhan dan segala kemuliaannya yang selalu di sampaikannya setiap saat, agar umatnya tak lupa siapa tuhanya.

alu menyimak imam itu, ia mengajak kami semuanya yang ada di sana untuk tetap beribadah, tetap ada jalan tuhan. ia suangguh muali sekali menajdi hamba tuhan. namun semakin lama ia meuji kemuliaan tuhan ia semakin menghujat, semakin menodai lidahnya, semakin membuatku muak. ia menghujat para orang miskin yang mencuri untuk menyambung hidupnya, ia melaqnat sesamanya yang melakukan kejujuran akan kenyamanannya melakukan hubungan sesama jenis, ia meggunjing agama lain yang notabene bertujuan baik.

ia merontokkan keyakinanku padanya, ia membuatku menghujat di rumah tuhan, ia membuatku keluar lebih awal dan meilih menyelamatkan diriku untuk kedua kalinya.

ketika aku keluar seorang muslim, yang ku tau ia adalah seorang yang susah sekali dan hanya mengharapkan hidupnya hari ini dengan barang-barang bekas. namun ia mampu mengasihani tuhannya tanpa memperdulikan dirinya, tuhan yang maha kaya itu masih mengemis, tuan yang maha segalanya masih serakah rupanya, apakah hartanya itu tak cukup banyak, apakah tuan setamah manusia ? lalu siapa tuhan ? siapa dia yang mempunyai kemahaan itu.

sudah saatnya kalifah-kalifah di masab itu mulai menyelamatkan dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar