Jumat, 14 Januari 2011

satu dahan yang sama

senja dan renungan

kesuksesan adalah kegagalan, ini yang melintas di kepala sejak seoranf teman SMA datang ke rumah dan masih saja ingat di mana rumah saya semenjak kita sudah lulus dan tak satu kelas sejak 5 tahun yang lalu. in selalu menyambangi rumah kedua orang tuaku, di sela ia bisa mencuri dari kerjannya yang menyita waktu. bercerita bagaimana kesuksesan yang ia raih, bagai mana ia jatuh bagun, bagai mana ia menantang etika, bagaimana ia bergelut dengan naluri, bagaimana ia mengasah rasa perduli. Ia seorang teman yang dulunya tidak begitu akrap namun kini ia selalu menyambangi rumah di kala ia sempat.

ia seorang tem,an yang dulunya tidak begitu dekat namun ia yang benar-benar dekat kini.
ia membangun masa depanya dengan banyak cara, ia membahagiakan orang yang melahirkannya, ia membahagiakan orang yang ia cintain.
ia banting tulang, ia cucurkan keringant, ia sisihkan recehan dan membaginya pada teman-temannya, ia hanya seorang lulusan SMK tanpa titel, namun kesuksesan sudah terlihat dari semangatnya. sebuah kesuksesan yang di harapkan semua orang yaitu bahagia.

ia mengajarkan apa yang ia tau pada saya, senja itu. ia kenangkan semuanya yang dulu kita anggap bahagia, di masa SMA tentunya. ia merakit kegigihan, mitos, etos, naluri buasnya, kehedonanya, dan keinginan untuk menatap masa depan dengan tidak begitu ngoyo kelak,  di dahan yang sama yaitu rasa percaya dirinya.

seorang teman yang tidak begitu saya anggap kala itu hingga detik itu, ia membuat saya merenungkan setiap apa yang ia katakan, ia ianggin melihat saya dan semua orang yang ia kenal iatu bisa bahagia entah dengan cara apa. ia membuatku sadah tentang berapa hal yang selama ini sudah saya lupakan, etos. saya sudah melupakan bagaimana saya mersakan bagai man etos itu saya miliki, saya tak akan merubah sesuatu ketika saya tak merubahnya sendiri. ia seorang muslim yang baik sementara saya adalah seorang yang tak rahmatan lil alamin, namun ia tetap saya membangun dengan tangannya sendiri dengan cara sendiri, saya yang merasa jumawa dengan kekisruhan diri saya tak mampu membangun dengan tangan saya sendiri, bahkan luluh lantak di makan rasa malas.

-0-

300juta

300 juta dan sebuah obsesi untuk membuktika, ini adalah hal yang saya identikkan dengan kegagalan. ya sebuah keinginan uantuk membuktikan adalah sebuah kegagalan.

siang hari di suguhi gerimis, sejak para muslim pulang dari sholat jum'at dan saya baru terbangun. saya kirimkan pesan pendek kepada seorang teman dengan tujuan menumpang scener gambar. dan balasan saya terima seraya saya menuju rumahnya yang sudah cukup lama tidak saya kunjungi. di saya saya temukan ia sedang terbaring memegang remot televisi, mempersilahkan saya untuk masuk ke kamarnya yang tak jauh beda dengan kamar saya "berantakan". saya scen semua gambar sambil menemaninya bercerita tantang kekasih, pekerjaan dan hal tak penting lainnya.
ia menayai saya tentang waktu, " masih lama kan di sini ", tentu jawab saya. bertanya saya padanya ada apa sih, ada beberapa hal yang saya ingin minta pendapatmu, itu tuturnya.
baiklah, ia memulai ceritannya, dan memegang semacap buku selebaran, MLM ya.. saya sudah pernah mengalaminya, bahkan hampir mengantuk mendengarkan persentasi teman saya yang sebelumnya.

ini tentangs ebuah ambisi yang selalu ia buktikan, untuk bisa membahagiakan kekasihnya.
sebuah pembuktian yang ia mulai dengan angka 300 juta, nominal yang membuat saya berfikir berkali-kali kalo punya uang sebanyak itu. tak mungkn ikut MLM kalo punya uang segitu, saya akun beli rumah mewah, fasilitas hidup, sebuh usaha jaminan masa depan dan memenuhi nominal jujuran untuk bisa mendapatkan kebahagian tadi. itu jika saya di tanya 'apa yang akan kamu lakukan jika punya 300 juta ? ". namun kali ini ia membutuhkan 300 juta untuk ikut MLM, well... awalnya saya pikir salah, namun saya sadari jika ia butuh banyak orang untuk biosa mendapatkan apa yang ia inginkan, dan dengan cara ikut MLM iatu membuat sebuah modifikasi cara, ia membutuhkan modal 300 juta uantuk membantu 100 orang dengan cara ia memfasilitasi 100 orang di bawahnya dengan cukup memberikan nama anggotanya dan tak menerima bonus untuk memutar modal dan menjamin pendapatan setiap orangnya di tahun berikutnya dengan nominal 80 juta perorang, em... mengiurkan.

saya tidak melihat kesuksesan siang itu namun saya melihat sebuah obsesi yang di rundung kegagalan.

-0-

sebuh pembuktian adalah kegagalan

itu hanya beberapa cerita yang saya renungkan, setelah tidak membaiknya hubungan saya dengan pacar saya keguguran, ia kegilangan peran saya saat itu. ia kecewa, ia tersakiti, ia terbuang dan iatu adalah kejahatan yang saya lakukan.

saya adalah petua yang du lumuri selai kacang kegagalan, saya seperti pecundang dengan celana dalam terikat di kepala, bahkan seorang teman yang tau bagaimana saya tak habis pikir dengan sikap saya saat itu. ya.. mereka benar tentang saya, saya adalah orang yang akan menyeret buku-buku kitap cinta saya dengan ludah-ludah. memang mereka tak jauh lebih tau ada apa dengan saya saat itu. namun mereka pula lah yang berhak menilai saya, seberapa buruknya saya.

saya kerap merasa kecewa dengan diri saya sejak mengtahui semua hal itu, dan saya memang benar-benar seperti yang ada di mata mereka.

kini saya merasakan sebuah kegagalan dan sukses menjadi seorang pecundang.

kini sebuah alibi hanya air bersih untuk mencuci tangan, tak ada yang lebih baik nampaknya. saya merasa tak berhak untuk menjelaskan apa yang terjadi saat itu, dan kenapa saya tak ada di titik-titik janji yang saya ikrarkan pada pacar saya.

saya bertanya apakah saya mampu menjadi feminim atau maskulin, apakah saya punya keduanya ? say tak mampu menjawabnya, ini aneh.

 saya dulu ingin sekali membuaktikan bahwa saya mampu membuktika jika saya bisa menerima sebuah kemungkinan dengan banyak hal yang tak saya tau bagai mana. saya tau bagai mana ibu saya meredam rasa sakit di hatinya dengan elusan berkali-kali ketika adik saya merajah kulitnya, saya tau bagai mana ahtinya kecewa berat dengan buah ahtinya ketika ayah saya melamunkan menit-menitnya dengan sebatang rokok. saya tau bagai mana rasa sakitnya menrima sebuah kenyataan yang benar-benar nyata ada di depan mata.

namun saya gagal menjadi yang lebih baik setelah saya tau apa yang orang tua saya rasakan, saya gagal menjadi pacar yang baik, saya gagal menjadi orang terbaiknya, saya gagal menjadi MR. nice guy's.

saya gagal menjadi ada ketika ia menuntus saya untuk ada di sana saat itu, saya benar-benar gagal...

ternyata membuktikan itu adalah sebuah kegagalan.

- maaf saya gak ada di saat yang tepat, di saat kamu membutuhkan saya. ini menyedikan memang, meminta maaf untuk kesekian kalinya dan kesalahan kesekian kalinya. sekali lagi maaf. terima kasih sudah bercerita prihal semuannya. saya harap rasa kecwanya tidak sekecewa saya menerima kenyataan behwa saya tak bisa membuat kamu jauh lebih baik. "dear mysweetsunset "
 

1 komentar:

  1. i will never be better.
    i never has.
    i thought that you can accept me as i am but you didn't.
    i'm sorry if it disappointed you.
    stop being sceptical.
    i just want you back that's all.
    but if you don't want me, it hurts but i can accept it, i think.

    please, come back...

    je t'aime, mon amour :*

    BalasHapus