Rabu, 02 Maret 2011

situasionis

musim gugur sudah jatuh dari pucuk-pucuk nya dan mendatrat di lantai bumi, embun-embun sudah membuahi pagi, renungan subuh kokokan ayam. aroma kopi dari warung pojok di ujung jalan, tempat di man seseorang mengikrarkan janji sambil emengang tangn kekasihnya sambil melihat semenanjung. dan roda-roda pedati mulai bergerak seiring dengan membumbung tingginya asap pabrik, dan terkontaminasi udara yang merangsek kedalam dada, membuat sesak. ku dapati pagi dengan embun tebal di sebuah tempat yang tak pernah kukenali seluk beluknya.

terdampat di selasar warung kopi yang baru ku datanggi hari ini, duduk bersama para penikmat kopi. diperkenalkan dengan cerita rakyat, mitos, pembicaraan kampung. tersenyum meringis aku mendengarnya. namun membuat indra dengar saya benar-benar menyimak cerita pagi itu. setidaknya saya tidak di suguhi dengan hirup pikup obrolan pagi di kota penuh masalah dan problem yang membuat saya menutupi mata patung keadilan dan menganti timbangnnya dengan keranjang kosong.

perlahan selasar kosong menjadi longgar seiring rotasi matahari yang sudah mulai dari celah-celah kabut embun, udara dingin masih menusuk. membuat saya enggan beranjak dari warung kopi.

sudah ku habiskan tiga potong kue yang namanya tak kutau, semacam kembang gula, berwarna pink dan cerah sangat menggoda. saat iniaku tak tau jam berapakah ini, matahari yang ku tatap di langit tak terlihat dengan jelas, embun masih menyelimutinya, menghalangi cahaya menyinari bumi.

ku langkahkan kakiku dengan yang arah dan kehendahk yang ia mau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar