Jumat, 12 November 2010

won't stop til it's over

Hujan mendamparkanku di emperan toko, kemegahan hari itu menjadi berlipat-lipat. Kini jutaan tetes hujan itu menengelamkan kegundahan, memnyuburkan ke tandusan hati, kini kanal-kanal kering itu kembali di genangi air, semuanya berhimpun di balutan selimut. Ku lihat seseorang berlari menaruh koran di atas kepalanya dan celana yang di gulung sebatas lutut, tangan kiri memegang sepatu berlari sambil tertawa girang kebasahan. Seseorang dipojok sana menengadahkan kedua tangannya dan sambil tersenyum, hujan kali ini mengigatkan ku pada masa kecil di teras rumah berlarian, bermain air hujan, membantu ibuku memindahkan air dari satu drum yang penuh ke drum berikutnya, karena dengan hujanlah kami akan mendapat tambahan amunisi akan keperluan air bersih untuk beberapa bulan kedepan " biasanya jika penuh semuanya akan bertahan sampai 1 bulan penuh ". Hujan datang adalah hal yang paling dinanti entah hujan membawa petir atau tidak, buat keluarga kami itu adalah sebuah keberuntungan bak mendapatkan lotre, berlibur di suatu tempat dengan senangnya. Kami akan berlibur mengambil air di tangan kanan dan kiri kami untuk beberapa hari kedepan dan itu menyenangkan. Kami bisa bersantai ketika pulang sekolah, kami bisa bermain sepuasnya tanpa berpikir bahwa air kita sudah habis dan kita harus menaruh jurigen di antara antrian jurigen yang lain di tempat pengambillan air umum, kembali merogoh kantong untuk kebutuhan yang satu ini.

Waku itu bajuku setengah basah namun masih bisa Menghangatkanku dari hujan yang dingin, tempias air hujan, masih terdampar di emperan sebuah bangunan ruko baru, masih belum di huni rupanya. Ku lihat di sekitarkau banyak sekali yang terdampatr saat itu. Aku berharap hujan ini berlangsung lama hingga menggenangi jalan-jalan dan lubang-lubang. Aku tak bisa menahan senyum di wajahku ketika ku lihat seseorang berlari dengan basah kuyub, begitu senangnya mereka saat itu. Setelah 15 menit hujan turun, ku putuskan untuk membasahkan diri, menunggu hingga 15 menit karena memastikan hujan turun dan tak membawa debu untuk turun bersama butir-butirnya.

Kusimpan semuan barang yang rentan akan air di balik jok motor bergabung bersama obeng dan kuci-kunci lainya. Ku kebut laju motorku, ku hampiri setiap genangan air dan mencipratkan air-air itu, hujan begitu deras dan jauh pandangan hanya 50 meter, namun kesenangan itu benar-benar menyenangkan sekali kendaraan tak sebegitu ramainya. Air benar-benar meluap hingga masuk ke badan jalan, hampir sepanjang jalan sungguh menyenangkan sekali. Laju motor ini tak begitu menyita waktu sehingga bisa ku nikmati hujan seperti di waktu kecil.

Dan hal yang kembali ku ingat saat itu adalah "gadis hujan" ia adalah kekasih pertama di dalam hidupku, waktu itu kami masih berseragam putih biru, kami berhubungan baik selama satu tahun. Waktu itu sepulang seklolah, hujan lebih awal turunya sebelum jam pelajaran pertama berakhir. Kami berselisih paham saat itu, namun hari itu kami masih berpengangan tanggan tepat di depan pintu gerbang sekolah, aku melihat bola matanya dan telinganya ia mengagumkan sekali, ia gadis hujan. Ia tak pernah menutup telinganya ketika petir mengelgar dan hanya teriak lalu tersenyum. Saya bersama teman-teman lainya memutuskan untuk main hujan sambil menuju jembatan tempat halte tempat biasa ngetem di dekat Vihara. Ia tak melepas genggaman tanganya saat itu ketika ku putuskan untuk berbasah, ia berlari tepat di belakangku dan tak melepas gengaman tanganku, kami tertawa dan kembali bersedih ketika kami bersebrangan. Ia sangat menyenangkan sekali, ia gadis hujan yang ku kenal. Kami berpisah ketika ia menemukan kebahagian bersama pria lainya, itu sangat membahagiakan sekali ketika ku sadari saat ini. Kami genap satu tahun berpacaran berteman kembali di SMK yang sama selama tiga tahun saling memendam rasa, mencuri pandang, membohongi hati.

Dan ini tak akan berhenti sampe hujan sudah redah, hingga hujan berikutnya datang dan aku menjadi penghuni ketika hujan turun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar